
Jejak Peneletian Seorang Cendikiawan Terhadap Islam
Untuk apa misi-misi dari langit itu diturunkan?
Apakah substansi target-targetnya?
Dan bagaimakah metode anda untuk bisa mengaplikasikan target-target ini?
Juga profit/keuntungan apakah yang bisa diberikan kepada manusia?
Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang kekal sekekal misi-misi ini, yang urgen seurgen kepentingannya, dan berbobot sehubungan dengan kehidupan manusia khususnya pada fase di mana kita hidup, yang mana materi telah melampaui batas dan mengancam dunia pada kepunahan, dan sekarang ia juga telah melihat pembebasan dengan menggunakan analogi-analogi keseriusan yang lebih banyak daripada sebelumnya, karenanya – dengan kapasitas yang besar dan merupakan problem ancaman yang melingkupi ruang hidup – akan menjadi pembebasan dari materi sepanjang pengamatannya.
Saat saya terjaga - antara tidur dan bangun – pada suatu malam, ketika saya temui diri ini menggemakan kalimat
" نجاة منك يا سيدي الكريم "
(aku memohon keselamatan hanya padamu wahai Tuhanku Yang Maha Mulia) maka saya langsung bangkit dalam keadaan takut, kemudian berkata " lihatlah, mengapa saya tiba-tiba menggemakannya? tanpa saya ketahui sebabnya pada waktu itu. Tetapi fenomena-fenomena yang terjadi di alam ini pada umumnya mengisyaratkan pada jawaban yang benar.
Kalimat di atas adalah penggalan dari do'a
" يا رب نطلب منك النجاة فأنت سيد و أنت كريم "
( wahai Tuhanku, kami memohon keselamatan hanya darimu, sedang Engkau adalah Tuhan dan Engkau adalah Yang Maha Mulia ).
Pada realitanya, seharusnya manusia berdo'a dengan do'a ini di siang dan malamnya, karena bahaya-bahaya yang akan mengancam mereka sangatlah besar sekali, baik ketika di medan perang, saat berinvestasi, perbudakan, maupun ketakutan pada saat reaksi nuklir yang akan menghantam kepala manusia keseluruhan. Semua ini bisa kita antisipasi dengan meminta belas kasih dan keselamatan kepada Allah SWT dan mengulangi (keselamatan hanya darimu wahai Tuhanku Yang Maha Mulia).
Intisari Misi-Misi Langit
Adapun keselamatan itu sudah ada dan siap dalam Misi-Misi Langit yang bagi kalian wajib untuk memahaminya, jika kita menginginkan keselamatan itu berpihak pada kita dari realita kita yang chaotic, adakalanya jika kita menginginkan untuk menjadikan Misi-Misi langit ini sebagai part/bagian dari realita kita yang komparatif atau menfsirkannya seputar pemikiran-pemikiran kita yang sifatnya rasionalisasi dan teori-teori kita yang sifatnya tradisi, maka Misi-Misi Langit ini akan tidak ada pada esensinya, karena ia akan menjadi sesuatu yang lebih dari apa yang disematkan oleh manusia dan yang mereka pikirkan karena pikiran mereka yang terbatas.Dan kemudian karena ia akan menjadi isolator kerusakan manusia.
Bahwasanya jika kita telah memantapkan diri kita untuk berangkat dari penilain kita tentang Misi-Misi Langit ini dengan pengetahuan yang hakiki dan pemahaman yang otentik tentangnya, maka Misi-Misi ini akan mampu - secara pasti – mengubah realita kita yang chaotic.
Oleh karena itu kita harus mengulangi pertanyaan-pertanyaan di atas :
Untuk apa misi-misi langit itu diturunkan?
Apakah substansi target-targetnya?
Dan bagaimakah metode anda untuk bisa mengaplikasikan target-target ini?
Dan profit/keuntungan apakah yang bisa diberikan kepada manusia, baik sekarang atau di masa depan nanti, jikalau manusia memang menginginkannya?
Misi-Misi Langit ini dapat menciptakan realita yang baik dalam dua dimensi :
Dimensi Pertama : Esensi Manusia (individual)
Dimensi Kedua : Eksistensi Manusia (sosial)
Kebanyakan orang melihat Islam dan Misi-Misi Langit kemudian menafsirkannya, mencoba untuk membawakannya dengan orientasi ini bahwa Misi-Misi Langit ini lebih peduli terhadap esensi individual daripada eksistensi sosial.
Dan saya masih belum mengerti, mengapa interpretasi semacam ini ada dan untuk apa?
Saya juga masih belum memahami indikasi-indikasi hakiki apa yang mendatangkan penafsiran yang salah ini, tetapi saya bisa memahami realitas negative di belakangnya, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Dan masyarakat, ketika melihat agama hanya akan menjadi seperi metode behaviorisme (aliran ilmu jiwa) yang mengikat ahwal-ahwal jiwa dan kreasi individual dan menafsirkan bahwasanya ia adalah hanya merupakan relasi manusia dan Tuhannya, seperti ekspresi William James bahwa eksperimen individual manusia itu hanya antara ia dan Tuhannya.
Berangkat dari interpretasi yang salah terhadap agama ini, begitu juga interpretasi salah lainnya yaitu mengenai keurgenan dan prioritas agama, yang menyatakan bahawasanya agama hanya peduli (menaruh perhatian) kepada dimensi yang pertama saja, yaitu dimensi esensi manusia (individual). Sementara kita - dengan apa yang kita imani - meyakini keurgenan dimensi ini dan prioritasnya yang bersifatan dengan waktu atau dengan ekspresi lain, bahwa dimensi yang dimulai oleh agama pada moment pertama adalah merupakan sebagian arahan terhadap manusia, maka kita meyakini juga bahwa prioritas strategi itu ditujukan untuk dimensi kedua, yaitu - dimensi eksistensi manusia (sosial) - menciptakan manusia yang bermartabat.
Sekarang di hadapan kita terdapat Misi-Misi Langit yang berinkarnasi dalam Al qur'an Al Kariym yaitu yang seseorang tidak bisa berbicara mengenainya kecuali hanya sedidkit dan dengan sebab-sebab adab tertentu, misalnya :
يا أيها الأنسان انك كادح الى ربك كدحا " "
Seperti juga yang biasanya ditujukan untuk khalayak umum :
" يا أيها الناس ... "
" يا أيها الذين اّمنوا ... "
ان الذين اّمنوا و عملوا الصالحات ... "
و من لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون ... الفاسقون ... الظالمون ... "
Dan lai sebainya dari ayat yang bersighat (bentuk kalimat) jamak dan bukan yang tunggal.
Oleh karena itu, berangkat dari prinsip ini, maka saya akan memulai penelitian tentang dimensi kedua yaitu kepedulian agama terhadap masyarakat social. Tetapi sebelum itu, kita harus memahami arti hidup terlebih dahulu.
Apakah hidup itu?
Dan kenapa kita harus memahami substansi maknanya?
Sesungguhnya Al Qur'an telah menyifati Misi-Misi Langit ini bahwasanya ia memang benar-benar hidup :
" استجيبوا الله و الرسول اذا دعاكم لما يحييكم "
Artinya ; ketika Ia memberi kalian hidup
Hidup adalah kekuatan potensial yang tersembunyi dalam sesuatu yang dapat memberikan kapasitas terhadap perolehan seuatu-sesuatu lainnya.
1. Arti Hidup Natural
Sesungguhnya benih yang hidup itu berbeda dengan benih yang mati, jadi apakah perbedaannya?
Jelas sekali, bahwa benih yang hidup ketika dikubur di tanah dan ketika ia telah sampai pada waktunya untuk tumbuh, maka jika ia terus mendapat sinar dari matahari, zat asam bumi dan (quwatil asmadah) yang merupakan materi-materi penting bagi pertumbuhannya, maka benih itu akan berubah menjadi pohon besar yang sempurna.
Adapun dengan benih yang mati ia akan tetap pada kebekuannya dan dengan sebab materi-materi di sekelilingnya, ia akan melebur menjadi tanah.
Apakah perbedaan antara sperma yang hidup dengan sperma yang mati?
Perbedaannya adalah bahwa sperma yang mati – setelah melewati masa yang sedikit – ia tidak akan menjadi apa-apa, terbuang percuma. Sementara sperma yang hidup, ia akan berubah – setelah Sembilan bulan – menjadi bayi dan setelah beberapa tahun kemudian, maka lihatlah ia telah menjadi seseorang yang normal.
Mengapa sperma ini bisa berubah menjadi besar sementara yang lain tidak?
Karena type yang ini hidup dan yang lain mati. Oleh karenanya, saya berkeyakinan bahwa inilah arti hidup natural itu.
2. Arti Hidup Sosial
Hadir dalam pembahasan ini beberapa pertanyaan :
Apakah masyarakat sosial yang hidup itu?
Dan apakah masyarakat social yang mati?
Jawaban untuk pertanyaan semacam ini adalah dengan menggunakan penjelasan problematika-problematika kemanusian dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih jelasnya yang menyangkut pergerakan dan revolusi dalam sejarah manusia.
Masyarakat sosial yang hidup adalah sama persis seperti benih yang hidup yang telah kita jelaskan sebelumnya, ia memiliki kapasitas untuk menyerap fasilitas-fasilitas materi dan kemanusiaan dari sekelilingnya dalam satu wadah sekaligus, dan dapat memberikan reaksi sekaligus mengarahkan untuk membangun kebudayaan yang berperikemanusiaan yang akan terus berjalan menuju perkembangan dan keintegralan.
Sedangkan masyarakat sosial yang mati adalah sama dengan benih yang mati yang ditanam di tanah, ia akan kehilangan keistimewaan pertumbuhan, reaksi, perkembangan, dan dengan cepatnya akan menuju jalan kepunahan.
Misalnya :
Ini adalah perbedaan antara masyarakat sosial yang hidup dengan masyarakat sosial yang mati, kita ambilkan sample sebagai berikut :
Masyarakat Rosululloh SAW di Mekkah Mukarromah sebelum hijrah kenabian tidak lebih dari 200 orang, tetapi setelah kurang dari empat kurun, Beliau telah sukses merubah masyarakat-masyarakat seantero jazirah arabiyah menjadi satu masyarakat muslim yang bertujuan sama.
Jika anda lihat peta dunia, pasti anda akan menemukan bahwa kaum muslimin – setelah beberapa kurun dan merupakan karunia dari kenabian – berjalan menuju dunia Barat membuka pintu-pintu Eropa dari arah utara Afrika, dan mengekspresikan dunia Timur melewati sungai Sin menerobos jauh ke timur Asia. Mereka telah mampu mencairkan setiap masyarakat dan budaya yang tersebar di atas permukaan Bumi, dan memberikannya warna dengan warna keislaman, serta menjadikannya umat Islam yang besar. Dan inilah slah satu contoh dari masyarakat sosial yang hidup.
Contoh yang lain adalah masyarakat Eropa. Adapun Eropa jika dinisbatkan ke peta dunia,maka adalah hanya merupakan area yang kecil, dan tidak banyak kapabilitas naturalnya. Tetapi masyarakat sosial yang hidup di sana telah mampu mendistribusikan budaya dan pemikiran-pemikiran mereka ke seluruh dunia dan mengarahkan dunia dengan ciri khas mereka sendiri.
Anda lihat misalnya, seribu juta jiwa di Cina dan India, sepuluh juta jiwa dari Afrika, Amerika Latin, dan Australia mampu diarahkan oleh hanya empat puluh juta jiwa saja. Mereka adalah penduduk yang tinggal di are kecil yang disebut Inggris. Dan dari sini, mari kita bandingkan perbedaan yang sangat mencolok antara dua kubu di atas. Adapun masyarakat islami, telah mewarnai dunia dengan hak, keadilan, dan keselarasan dengan sunnah-sunnah alami dan kemanusiaan. Sementara masyarakat Eropa sebaliknya. Adapun persamaan antara keduanya adalah hanya pada hidup dan tatanan aktifitasnya saja.
Sedangkan contoh masyarakat sosial yang mati adalah seperti umat islam sekarang ini, yang terbagi ke satu wilayah kecil yang disebut Negara, setiap Negara hanya mementingkan diri sendiri dan terisolasi dalam batas-batas teritorialnya. Masyarakat seperti ini akan menyebarkan penyakit kejumudan histori yang besar yang akan mengeliminasi jiwa keislaman, yang akan melemahkan dan merusak dari dalam dan akan menjadi kesempatan bagi orang-orang serakah untuk mencampur-adukkan revolusi dan pilihannya pada perampasan, kehormatannya pada penghancuran, dan menjadikan segala sesuatu berdasarkan keinginannya sendiri serta mempermainkan kuantitasnya.
Jika keadaan ini terus berlanjut di zaman-zaman setelahnya, maka pasti akan punah dan hanya akan menjadi cerita sejarah, begitu juga yang akan terjadi pada budayanya yang padahal para pendahulunya telah bersusah payah untuk membangunnya kini terbuang sia-sia.
Ini adalah sebagian dari banyak contoh masyarakat social yang mati, karena ia tidak memiliki pengamatan dan tujuan yang pasti, seakan-akan ia hanya butuh hidup saja.
Sekarang sampailah kita pada pembahasan inti.
Apakah masyarakat yang hidup itu?
Bagaimanakah menemukannya?
Dan apa sajakah yang menyebabkan kematian masyarakat tersebut?
Dalam Al Qur'an terdapat ayat yang menyebutkan tentang masyarakat yang hidup dan beriman :
" محمد رسول الله و الذين معه اشداء على الكفار رحماء بينهم , تراهم ركعا سجدا يبتغون فضلا من الله و رضوانا و سيماهم في وجوههم من أثر السجود ذلك مثلهم في التورة , و مثلهم في الأنجيل , كزرع اخرج شطأه فاّزره فا ستغلط فا ستوى على سوقه يعجب الزراع ليغيط نيم الكفار وعد الله الذين اّمنوا وعلموا الصالحات منهم مغفرة و أجرا عظيما " (29\ الفتح )
Jika kita perhatikan bahwa sesungguhnya Al Qur'an telah mengingatkan kepada kita di sini dengan hakiki dan jelas :
" كزرع اخرج شطأه "
Pada awalnya, benih yang hidup di tanam dalam tanah, kemudian selang beberapa waktu ia akan berubah dan naik kepermukaan bumi.
" اخرج شطأه " " فاّزره "
Yang artinya tanaman tersebut diberi tongkat untuk ia bersandar, jika dengan ini tunas tersebut bisa mengambil cahaya dan air serta garam dari lingkungan sekelilingnya, maka ia akan kuat.
" فا ستغلط "
" فا ستوى على سوقه "
Yang artinya berdiri/tumbuh pada tangkainya dengan bebas.
" يعجب الزراع ليغيط بهم الكفار "
Yang artinya Bumi telah hijau dan matang, maka orang yang beriman akan bersyukur sementara yang kafir akan marah dan dendam.
Ayat ini menunjukkan kepada makna hidup dan factor-faktor hidup dalam kehidupan masyarakat mukmin. Dan kita disini mencoba untuk memusatkan cahaya pada satu sifat yang urgen dari sifat-sifat masyarakat social yang hidup, yaitu :
Bahwasanya masyarakat social yang hidup adalah masyarakat yang relasi pembangunannya itu berdiri pada asas nilai-nilai positif dan amal solih. Dan relasi-relasi ini adalah sesuatu yang sangat urgen dalam pembentukan karakter suatu masyarakat.
Sedangkan masyarakat yang relasi-relasinya berdiri pada asas rasisme, nepotisme, dan materialisme maka ia adalah seperti jasad yang mati yang ditinggali oleh bakteri-bakteri dan mikrobat-mikrobat di dalamnya,jika bakteri-bakteri tersebut menguraikannya, dan mencerai-beraikannya maka dalam masa yang singkat ia akan berubah membusuk dan menjadi tanah.
Dan pertanyaan pertama yang kita ajukan terhadap diri kita sendiri adalah
" Apakah sifat relasi-relasi imani yang terdapat diantara pembangunan masyarakat muslim itu?
Kita tinggalkan pertanyaan penting ini pada pembahasan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar